Memaknai Welas Asih Lewat Pameran Patricia Piccinini: CARE
Museum MACAN dengan bangga mempersembahkan pameran tunggal perdana perupa asal Australia, Patricia Piccinini, di Indonesia. Dibuka untuk publik mulai 23 Mei 2024, pameran yang berjudul CARE ini dikurasi oleh Tobias Berger, dan menampilkan kumpulan karya-karya Patricia Piccinini secara komprehensif. Menghadirkan lebih dari empat puluh patung ukuran hidup, tiga instalasi video berukuran masif, dan Celestial Field (2021)–sebuah instalasi memukau yang terbuat dari ribuan bunga–CARE menyajikan eksplorasi visi artistik Piccinini secara mendalam dan dalam skala yang besar. Lebih dalam dari itu, CARE memantik kesadaran pengunjung tentang makna welas asih dan hubungan yang penuh rasa kepedulian antar sesama manusia maupun lingkungan sekitar.
Dikenal dengan karya patung makhluk khayali (chimera) alami dan mekanis yang bergaya hiperealistis, praktik artistik Patricia Piccinini mengeksplorasi bentuk-bentuk baru mengenai tubuh, aspek fisik, dan rasa welas asih. Karya-karyanya merefleksikan batas-batas yang semakin samar antara yang artifisial dan yang alami—mempertanyakan pemahaman kita mengenai hubungan dengan dunia sekitar dan memperlihatkan masa depan di mana manusia dan makhluk lain dapat hidup berdampingan, bukan hanya di ruang yang sama, tetapi juga dalam bentuk tubuh yang sama.
Saat dijumpai di Museum MACAN jelang jam makan siang, Patricia berbagi pada Grafis Masa Kini tentang apa itu welas asih baginya dan bagaimana perasaan tersebut diterjemahkan lewat karya-karyanya. Patricia percaya bahkan dari proses pengerjaan karyanya merupakan bentuk welas asih. “Karya-karya ini dibuat dengan rasa kasih dan kepedulian,” ungkap sang seniman. Ia kemudian menjelaskan bahwa selama berbulan-bulan, bahkan hingga menyentuh tahun, satu patung dirancang dengan orang-orang yang mencintai apa yang mereka lakukan. “(Lewat prosesnya) pengunjung akan merasakan bahwa saya sangat peduli dengan karya-karya ini. Saya juga sangat peduli dengan pengunjung, maka saya mempersembahkan karya-karya yang dibuat dengan sepenuh hati,” imbuh Patricia.

Ketika mengelilingi ruang pamer, pengunjung akan menemukan makhluk-makhluk imajiner yang terinspirasi dari makhluk hidup dan mitologi. Melalui makhluk yang diciptakan ini, kita diajak untuk merenungkan bentuk-bentuk kehidupan baru melalui kacamata kepedulian dan welas asih. Serangkaian makhluk tersebut juga menggambarkan gestur-gestur hubungan kasih sayang yang intim. Bagi Patricia, saat ini penting untuk seniman membicarakan rasa welas asih yang luput dari perhatian dan tertimbun isu-isu lain. “Hubungan, keintiman, dan kepedulian adalah hal-hal yang jarang terwakilkan dan tersuarakan,” ungkap Patricia. Maka itu, bagi sang seniman, perancangan karya yang membicarakan hal-hal yang dekat dengan kita seperti keintiman merupakan hal yang kompleks dan jauh dari kata sederhana.
Tak hanya menyoal hubungan antar manusia, karya-karya Patricia menggali rasa welas asih yang lebih luas seperti hubungan antar alam dan hal-hal buatan manusia. “Mengapa kita harus peduli?,” tanya Patricia. “Karena kita memiliki welas asih terhadap lingkungan sekitar kita. Sekarang, tinggal kita mewujudkan bagaimana menghancurkan batas-batas (antar alam dan buatan),” katanya lebih lanjut. Pameran ini mengundang kita untuk mengeksplorasi emosi kita sebagai manusia, saat menghadapi hal-hal yang tidak diketahui, baik dalam bentuk makhluk alami maupun buatan. Bagaimana cara kita menghadapi makhluk-makhluk asing atau baru ini dengan semua kompleksitas emosi mereka?
Dalam rilisan pers, Venus Lau, Direktur, Museum MACAN, berkata, “Kami bangga bisa mempersembahkan CARE, pameran tunggal perdana Patricia Piccinini di Indonesia. Sebagai perupa yang diakui secara global, Piccinini dikenal dengan visinya yang mampu melintasi beragam isu kritis dalam masyarakat kontemporer. Kami juga sangat senang dapat bekerja dengan Tobias Berger sebagai kurator untuk proyek ini.” Seperti yang tersirat dari judulnya, CARE mengeksplorasi tema universal tentang hubungan dan keintiman yang bisa dirasakan oleh audiens di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Pameran ini menyelami isu-isu global yang mendesak seputar ekologi, keanekaragaman hayati, dan bioteknologi. Melalui pameran ini, Museum Macan juga mengajak pengunjung untuk merenungkan bentuk-bentuk kehidupan imajiner hibrida, menyoroti tantangan yang dihadapi Indonesia terkait spesies-spesies yang terancam punah.

Pameran ini juga diperkaya dengan konteks lokal untuk memperdalam relevansi terhadap narasinya. Seperti pada karya The Couple, di mana situasi rumah tangga dari figur yang ditampilkan mencerminkan lingkungan rumah di Indonesia, dengan perabotan dan barang-barang yang biasa ditemukan di rumah tangga lokal, untuk memberikan latar belakang yang mudah dikenali dan terhubung erat dengan pengunjung. Dengan mengintegrasikan elemen-elemen yang mudah dikenali, pameran ini tidak hanya mengangkat tema global, tetapi juga menjalin hubungan yang bermakna dengan budaya dan keseharian Indonesia. Tobias Berger, Kurator, berkata, “CARE di MACAN adalah pengalaman seni visual yang imersif dalam berbagai aspek, sebuah perjalanan melalui ruang-ruang imajinatif, alam, dan ide-ide yang dihidupkan oleh sang perupa.”
Patricia Piccinini, menambahkan, “Saya sudah lama memiliki impian untuk bekerja sama dengan Museum MACAN, dan tentunya sangat senang dapat membawa pameran yang luar biasa ini ke Jakarta. CARE adalah pameran besar pertama saya di Indonesia, dan Museum MACAN adalah tempat yang tepat untuk pameran ini karena ruangnya yang tidak hanya indah namun MACAN juga memiliki audiens yang beragam. Saya merasa CARE adalah sebuah kesempatan yang sangat baik untuk bisa terhubung dengan para pengunjung mengenai isu-isu yang mempengaruhi kita semua, mulai dari lingkungan hingga kehidupan urban kontemporer. Saya rasa, akan sangat menarik melihat bagaimana intensitas dari kota Jakarta bertaut dengan intensitas dari karya-karya yang akan ditampilkan nanti.”
Pada pekan pembukaan pameran, Museum MACAN akan menghadirkan serangkaian program acara yang menarik, di antaranya sesi wicara, tur, dan sesi mendongeng untuk anak-anak dan keluarga. Pameran Patricia Piccinini: CARE,Sebuah Percakapan akan digelar pada Sabtu, 25 Mei 2024, di Ruang Gagasan Museum MACAN-ERHA. Sang perupa bersama dengan kurator Tobias Berger, akan memperkenalkan praktik artistik dan perjalanan kuratorial di balik pameran perdananya di Indonesia. Sebuah tur anak dan sesi mendongeng istimewa berjudul Every Heart Sing akan berlangsung pada hari Minggu, 26 Mei 2024. Keluarga dan anak-anak diundang untuk menjelajahi area pameran dan bertualang bersama dalam kisah Skywhale dan Skywhalepapa yang melayang melintasi angkasa. Selama pameran Patricia Piccinini: CARE, museum akan menghadirkan ruang khusus bagi anak-anak dan keluarga untuk mengeksplorasi beragam bahasa cinta dan tindakan kebaikan melalui permainan peran yang interaktif dan penjelajahan ruang. Berjudul Kindred Kinder, area ini merefleksikan gagasan Patricia Piccinini mengenai kepedulian sebagai naluri alami yang melampaui batasan antar spesies. Pengalaman ini juga bertujuan untuk mendorong rasa ingin tahu, kebaikan, tanggung jawab, dan menerima perbedaan. Pameran Patricia Piccinini: CARE akan dibuka hingga 6 Oktober 2024–tiket dapat dibeli lewat situs resmi Museum MACAN.