Menuai Identitas Lewat Desain: Menyoroti Festival Guanzhong Mangba ke-6
Bagi audiens internasional, seni kontemporer Tiongkok kerap didefinisikan melalui sosok-sosok individu yang mendunia dimana nama-nama seperti Ai Weiwei dan Ren Hang, yang telah menjadi simbol dari karya-karya berani dan menggugah batas. Ai Weiwei dikenal luas atas kritik tajamnya terhadap pemerintah Tiongkok (dan pemerintah-pemerintah lain) melalui instalasi, fotografi, dan aksi performatif, terutama dalam seri Study of Perspective, di mana ia mengacungkan jari tengah ke berbagai monumen ikonik di seluruh dunia. Sementara itu, Ren Hang dikenal lewat fotografi kontroversialnya yang memadukan tubuh manusia dengan elemen alam dan simbol-simbol surealis—sering kali dengan nuansa erotis dan melankolis, diperkuat oleh kisah tragis di balik kematiannya. Kedua seniman ini dikenal bukan hanya karena gaya artistik mereka yang khas dan provokatif, tetapi juga karena kemampuan mereka untuk menarik perhatian media Barat. Namun, ketenaran mereka menimbulkan pertanyaan penting: bagaimana dengan lanskap seni lokal yang lebih luas di Tiongkok? Sejauh mana kita memahami praktik artistik sehari-hari di negara tersebut?
Menyadari kekurangan wawasan telah mendorong sebuah refleksi: bagaimana pengetahuan kita tentang skena seni internasional terbentuk? Apakah semuanya dimediasi melalui platform yang memberi keunggulan pada eksposur global, seperti media sosial atau forum seni yang didominasi Barat? Jika demikian, maka pemahaman kita memecah—menjadi tersaring, tidak lengkap, dan mungkin tidak adil. Dalam proses meneliti industri seni dan desain Tiongkok, kami semakin menyadari bias kami sendiri, terutama bagaimana kita cenderung menyamakan visibilitas dengan nilai. Ironisnya, pintu masuk kami ke dalam dunia kreatif Tiongkok bukan melalui institusi seni rupa, tetapi melalui desain grafis.
Kunjungan kami ke Festival D&AD di London pada bulan Mei lalu menjadi momen penting untuk mengeksplorasi karya desain di luar arus utama Barat. Salah satu proyek paling mencolok yang kami temui datang dari studio desain Untitled Macao: kampanye visual untuk Festival Guanzhong Mangba ke-6, yang berhasil meraih Graphite Pencil untuk Brand Identity Refresh, Wood Pencil untuk Illustration, serta masuk dalam Shortlist untuk Graphic Design. Proyek ini tidak hanya menonjol dari segi estetika, tetapi juga karena usahanya yang tulus dalam merepresentasikan dan merayakan budaya pedesaan Tiongkok.
Festival Guanzhong Mangba, menurut Untitled Macao, adalah sebuah festival seni yang berakar pada kehidupan pedesaan, dengan tujuan menampilkan kekayaan budaya dan keragaman seni di wilayah Guanzhong. Desain untuk edisi keenam festival ini merupakan kelanjutan dari identitas visual sebelumnya, sekaligus upaya untuk memodernisasi narasi desa secara otentik. Dengan palet warna cerah dan elemen grafis yang berani, desain tersebut menangkap semangat tradisi dan kehidupan sehari-hari di Guanzhong. Mengambil inspirasi dari julukan Mangba sebagai “Ibukota Karbohidrat,” kampanye ini mengangkat simbol panen seperti gandum, jagung, serta ternak yang menandakan masa berlimpah dan istirahat setelah musim panen.
“Komposisinya memecah pola penataan huruf tradisional, mengadopsi tata letak yang tidak beraturan dan alur visual dinamis untuk membimbing mata penonton menjelajahi gambar,” ujar Direktur Kreatif Untitled Macao, Au Chon Hin dalam wawancara. Strategi desain mereka menggunakan bentuk geometris, garis titik-titik, dan gradasi warna dalam ilustrasi abstrak untuk menjadi penghormatan visual yang ekspresif terhadap kenangan pedesaan. Terdapat nuansa nostalgia yang terasa dalam poster-poster mereka, namun tetap diimbangi dengan energi yang progresif. Poster, merchandise, dan dokumentasi visual—termasuk pemotretan penduduk lokal yang mengenakan merchandise festival—menawarkan hubungan yang tulus antara desain eksperimental dan narasi budaya.
Dalam elemen bergerak dari kampanye ini, Untitled Macao juga memberi penghormatan pada desain Festival Guanzhong Mangba keempat, yang sebelumnya dikembangkan oleh studio Another Design dan memenangkan dua Graphite Pencil. Iterasi sebelumnya tersebut menempatkan suara sebagai elemen sentral dalam animasi dengan memasukkan percakapan warga desa sebagai bentuk undangan sensorik. Di edisi keenam, Untitled Macao melanjutkan pendekatan ini melalui suara piring beradu, dan gemerisik yang diasosiasikan dengan ladang padi. Suara ini berpadu dengan gerakan hewan dalam poster bergerak, seolah-olah hewan tersebut berjalan mengundang penonton ataupun menempuh jalan untuk turut hadir dalam festival.
Karya ini merupakan bagian dari fenomena yang lebih luas di Tiongkok yang dikenal sebagai yìshù xiāngjiān atau intervensi artistik di komunitas pedesaan—yakni praktik kreatif yang bertindak sebagai aksi estetik atau sosial untuk menghidupkan kembali ekonomi lokal dan memperkuat suara masyarakat daerah. Dalam kasus Guanzhong, desa menjadi lokasi pameran dan produksi seni selama festival berlangsung, menampilkan instalasi dan karya seni publik berbasis komunitas. Meski liputan internasional tentang festival ini masih sangat terbatas (telah menyulitkan penilaian terhadap program seni yang ditampilkan), kampanye desainnya sendiri sudah menyampaikan semangat dan intensi dari festival tersebut.
Lewat proyek ini, Untitled Macao berhasil menangkap sebuah momen penting yang menjembatani tradisi dan inovasi. Desain mereka menjadi bentuk narasi visual yang menyampaikan pentingnya festival, rasa sukacita, serta kekuatan komunitas. Bagi Au Chon Hin dan timnya, proyek ini bukan sekadar upaya branding, tetapi juga bentuk pelestarian dan penguatan budaya.
Sebagaimana dijelaskan oleh peneliti Danzhou Li dan Jian Xiao, festival ini beroperasi sebagai bentuk chǎnyè fùnéng—atau pengembangan industri kreatif—di mana para pekerja kreatif dan wirausaha budaya memimpin upaya revitalisasi pedesaan. Di sini, desain menjadi cermin sekaligus medium: mencerminkan warisan budaya Guanzhong, sekaligus memberdayakan penduduknya untuk terlibat dengan seni yang sebelumnya terasa jauh dan tak terjangkau.
Meski kita belum memiliki dokumentasi penuh atau tulisan kritis tentang dampak keseluruhan dari festival ini, desain dari Untitled Macao telah berbicara banyak. Ia menjadi pengingat bahwa di tengah keterbatasan visibilitas, desain tetap mampu menjadi jembatan untuk memahami, merasakan, dan menghargai.