Ikko Tanaka: Menghidupkan Tradisi Jepang dalam Desain Modern
Sentuhan tradisional pada desain modernis nan sederhana merupakan ciri khas dari Ikko Tanaka, desainer grafis berpengaruh yang mewariskan perpaduan desain Timur dan Barat—membuka jalan bagi desainer muda yang mengikuti jejak karyanya.
Pasca Perang Dunia II, identitas budaya Jepang seperti terlahir kembali. Masyarakat mulai mengadopsi gaya hidup Barat, dan hal tersebut terlihat pada perubahan aspek-aspek kebudayaan seperti lanskap arsitektur. Desain grafis pun mengikuti arus perubahan ini, mengambil peran dalam mempromosikan gaya Barat yang lebih modern. Walaupun dalam artikel bertajuk “Japanese Modernism Reconsidered” dituliskan bahwa modernitas Jepang bukan sekadar upaya mengontekstualisasikan pengaruh asing, melainkan juga sebuah inisiatif yang dilakukan secara mandiri. Era modern dalam seni visual Jepang sendiri telah dimulai jauh sebelum elemen-elemen Barat yang mencolok mulai muncul dalam poster, bungkus korek api, sampul buku, dan papan reklame. Pergerakan menuju desain poster dan materi cetak dengan komposisi yang lebih sederhana serta penggunaan citra dan tipografi yang lebih terarah sudah berlangsung dua dekade sebelumnya. Namun, grafis di Jepang pasca Perang Dunia II lebih memadukan sentuhan gaya Timur dan Barat, di waktu yang bersamaan juga mengenalkan karya desain Jepang pada audiens global yang lebih luas. Ikko Tanaka adalah salah satu desainer yang karyanya menjadi catatan transformasi budaya yang dialami Jepang lewat poster-poster grafis dan identitas visual beberapa merek ternama seperti MUJI.
Ikko Tanaka lahir pada tahun 1930 di Nara, Jepang. Ia kemudian pindah ke Kyoto, di mana ia terlibat dalam drama modern dan bergabung dengan grup studi teater bernama Atelier-za. Berada di tengah komunitas kreatif membuat Tanaka berkenalan dengan Kabuki dan cetakan balok kayu abad ke-19 karya Hokusai. Setelah menyelesaikan pendidikan di Kyoto City School of Arts, Tanaka mulai membangun kariernya di bidang desain grafis pada tahun 1950-an. Pada periode tersebut, Ikko Tanaka dikenal sebagai desainer grafis yang menyeimbangkan warisan masa lalu—desain tradisional—dengan tuntutan industri desain modern yang didorong oleh kebutuhan komersial. Mengutip artikel “Ikko Tanaka, 71, Japanese Graphic Designer” oleh New York Times, “Tanaka meminjam bentuk dan pola sederhana dari seni visual kuno dan menggabungkannya ke dalam desain yang benar-benar mencerminkan waktu dan tempatnya.” Pada tahun 1963 Tanaka mendirikan studio desain di Tokyo. Pada tahun 1970-an, ia menjadi salah satu tokoh dunia seni komersial yang menjadi editor dari serangkaian buku tentang budaya Jepang, seperti Japanese Style dan Japanese Color yang diterbitkan di Amerika Serikat.

Nama Ikko Tanaka semakin dikenal saat merek MUJI diluncurkan dan diumumkan melalui surat kabar utama Jepang pada 1980. Saat itu, MUJI memperkenalkan diri sebagai merek produk dari jaringan supermarket “The Seiyu” yang dimiliki oleh “Seibu Holdings”. Ikko Tanaka sendiri diketahui telah menjadi direktur kreatif Seibu Holdings sejak 1975. Dituliskan dalam artikel “Ikko Tanaka - Shaping MUJI’s Iconic Serene Design”, pada identitas visual MUJI, Ikko Tanaka menempatkan motif dan bentuk grafis alami di atas latar monokrom. Gaya desain tersebut dikenal sebagai interpretasi dari Rinpa, sebuah aliran seni Jepang yang berfokus pada motif alam yang diabstraksikan. Grafis khas tersebut menjadikan Tanaka sebagai desainer yang dinilai paling mahir dalam menggabungkan dan mempertahankan estetika tradisional Jepang dalam desain modern. Pada visual pertama yang dibuat untuk MUJI, Ikko Tanaka menyoroti dua elemen utama: ilustrasi minimalis dan slogan. Ilustrasi yang menggambarkan sebuah tangan memegang answer card itu menjadi sangat dekat dengan masyarakat karena pada periode tersebut answer card adalah objek yang sangat ikonik karena sering digunakan dalam acara TV, khususnya program kuis. Slogan yang didesain oleh Tanaka untuk MUJI ditulis oleh Kazuko Koike, dan berbunyi “わけあって、やすい。” (dalam Bahasa Indonesia: “harga murah dengan alasan”). Kedua elemen utama tersebut ditempatkan di atas latar kertas kraft dengan warna tanah khas MUJI yang hingga hari ini kita kenal. Desain Ikko Tanaka untuk MUJI menggambarkan kekuatan dari kesederhanaan dan kemampuan unsur tradisional dalam melengkapi desain modern.
Lebih dari identitas visual MUJI, Ikko Tanaka menjadi desainer yang berpengaruh berkat poster-poster grafis yang dirancangnya. Salah satu karya poster yang paling terkenal dibuatnya pada tahun 1981 untuk kelompok tari Nihon Buyo Performance. Hingga hari ini, desain poster tersebut digunakan kembali untuk berbagai tujuan. Grafis dalam poster tersebut menampilkan sosok geisha yang digambarkan dengan teknik abstrak. Tanaka menggunakan bentuk geometris tegas pada sebuah grid untuk merancang bentuk tubuh sang geisha alih-alih menggunakan teknik realistis yang klasik. Rambut dan wajah geisha dibentuk dari persegi dan persegi panjang yang disusun dengan tata letak tertentu. Dalam hal palet warna, Tanaka menggabungkan warna cerah pastel dan warna primer yang kontras. Gaya artistik ini merupakan penghormatan kepada representasi Kabuki dan aliran Pop Art Barat. Dalam banyak karya posternya, Tanaka juga bermain dengan tipografi untuk menciptakan harmoni antara huruf Latin dan Kanji. Eksperimennya dalam tipografi tidak hanya berfungsi sebagai elemen dekoratif, tetapi juga menjadi bagian integral dari pesan visual yang ingin disampaikan. Saat diwawancarai oleh New York Times, seniman grafis asal Amerika Paul Davis mengatakan: “Karya Ikko Tanaka sepenuhnya modern namun sangat dipengaruhi oleh budaya Jepang. Dia adalah master seni kaligrafi Jepang dan ahli tipografi Barat, yang membuatnya unik di antara rekan-rekannya.”

Sepanjang kariernya, Ikko Tanaka menjembatani kesenjangan profesional antara banyak desainer Jepang eksperimental dan mereka yang mengabdikan diri untuk melayani korporasi. Selain poster untuk organisasi budaya, ia menciptakan logo, desain kemasan, dan kolaborasi lintas industri dengan Hanae Mori, Issey Miyake, dan Mazda. Eksperimen visual Tanaka dalam memodernisasi elemen tradisional Jepang menjadi inspirasi penting bagi Issey Miyake ketika sang desainer mulai mengadaptasi busana tradisional Jepang dalam desain busana modernnya, seperti yang tertulis dalam artikel “The Fine Print of Ikko Tanaka and Issey Miyake”. Dengan potongan geometris, warna-warna cerah, dan interpretasi progresif terhadap seni grafis Jepang, koleksi Miyake merupakan cerminan dari karya Tanaka.
Karya Ikko Tanaka telah dipamerkan di berbagai galeri dan museum ternama, termasuk Museum of Modern Art (MoMA) di New York. Ia juga menerima berbagai penghargaan internasional, termasuk Mainichi Design Award dan Tokyo Art Directors Club Award, yang semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu desainer grafis berpengaruh di dunia. Meskipun Tanaka telah berpulang pada 2002 lalu, warisannya terus hidup melalui karya-karya desainnya yang abadi. Banyak institusi desain di Jepang, seperti Kyoto Institute of Technology, kini mengajarkan prinsip-prinsip desain Tanaka dalam kurikulum mereka. Selain itu, retrospektif tentang karyanya masih sering diadakan, menegaskan relevansi dan dampak dari desainnya.
Lewat gaya desainnya, Ikko Tanaka berhasil mengintegrasikan elemen tradisional Jepang ke dalam desain modern—mengenalkan identitas budayanya ke masyarakat global. Jejak karya Tanaka mengajarkan pentingnya menghormati akar budaya sembari tetap terbuka terhadap inovasi.
Sumber Gambar:
Design Reviewed
La Frimeuse
MoMA
Spoon & Tamago
TL Magazine