Merancang Identitas Visual Kereta Cepat Whoosh
Melalui acara peresmian kereta cepat Whoosh yang berlangsung pada Senin, 2 Oktober 2023, Presiden Joko Widodo mengumumkan kepada publik atas terpilihnya karya Visious Studio pada sayembara jenama baru Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Adapun tim penilai diketuai oleh Triawan Munaf sudah melakukan penilaian sejak Juli 2023 lalu.
Proses pembuatan jenama dan identitas visual untuk kereta cepat pertama di Indonesia ini merupakan sebuah perjalanan panjang. Tim pengarah sayembara yang meliputi Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sebelumnya mengundang 10 studio desain yang tergabung dalam Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) untuk terlibat dalam proses pengembangan jenama baru tersebut.
Dari tahap pertama presentasi usulan jenama dan konsep identitas keluar 18 nama yang menjadi bahan diskusi tim panelis, pemerintah, dan perwakilan operator kereta cepat, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Dari diskusi tersebut muncul keputusan penamaan jenama “Whoosh” yang merepresentasikan bunyi lesatan. Selain itu, Whoosh merupakan singkatan dari “Waktu Hemat. Operasi Optimal. Sistem Hebat” yang menjadi landasan filosofis kereta cepat tersebut.
Dari 10 kandidat, akhirnya didapat tiga finalis karya terbaik yang dapat kita lihat di situs resminya. Tiga desain jenama tersebut berasal dari Visious Studio, Ou Creative, dan Feat Studio. Masing-masing studio mengusung narasi berbeda-beda. Feat Studio menekankan sistem perspektif yang mengesankan kecepatan. Ou Creative menggunakan elemen bambu runcing sebagai indeks bunyi dan simbol persatuan. Sementara itu, Visious Studio menggunakan huruf W sebagai logogram yang menyimbolkan dampak lesatan.
Antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap tiga karya finalis mencerminkan transparansi, keadilan, dan kesesuaian dengan kode etik profesi dan industri desain dalam proses sayembara ini. Dalam konteks tersebut, pandangan positif dan kritik dari masyarakat diintegrasikan oleh tim panel untuk penyempurnaan desain final.
Salah satu respons warganet yang cukup sering muncul adalah penamaan jenama “Whoosh” yang terdengar cukup asing, terutama dalam industri moda transportasi tanah air. Menanggapi hal tersebut, Ritchie Ned Hansel, Ketua Umum ADGI, menyatakan, “Brand atau jenama itu DNA-nya bisa beda-beda dan punya caranya sendiri untuk bisa dekat dengan berbagai lapisan masyarakat.”

Menurutnya, keleluasaan masyarakat dalam mengapresiasi berbagai strategi jenama lah yang akan membuat industri desain menjadi semakin kaya. “Dengan dipilihnya nama Whoosh bisa juga menjadi pertanda bahwa Indonesia sudah menjadi bagian dari perkembangan dunia global di mana semua kebudayaan bisa saling mengisi yang akhirnya bisa menjadi kebudayaan baru yang lebih bervariasi lagi tanpa meninggalkan kelokalan kita,” lanjutnya.
Visious Studio melakukan riset khusus untuk pembuatan jenama Whoosh. Mulai dari arti dan pemaknaan jenama, penyusunan strategi jenama baru hingga perancangan kembali konsep dan arahan desain. Mereka lakukan kolaborasi lintas profesi dengan berbagai pihak, termasuk Harsya Wahono, seorang ahli sound engineering yang berperan dalam perancangan sonic branding, dan Kiwari Studio dari Bandung yang turut berkontribusi dalam merancang jenis huruf khas yang diperlukan dalam komunikasi penjenamaan kereta cepat ini.
Sejak brief awal, Visious Studio melakukan riset mendalam tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya kereta dengan masing-masing kecepatannya pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti yang ditulis oleh tim Visious Studio ketika kami wawancarai, “Mempelajari sejarah dapat membantu kami untuk merancang strategi brand agar dapat mendukung potensi dampak peradaban baru yang kelak akan datang di masa depan secara optimal dan menyeluruh melalui branding identitas visual kereta cepat.”
Selain melakukan studi sejarah perkeretaapian tanah air, Visious Studio juga melakukan studi kasus terhadap berbagai aspek yang terkait kereta cepat di negara-negara lain untuk merancang konsep dan narasi identitas visual lanjutan. Perancangan strategi jenama yang dilakukan di tahap awal sangatlah penting mengingat ia akan menjadi landasan eksekusi identitas visual hingga akhir.
Penyelenggaraan sayembara ini mengindikasikan keseriusan pemerintah dalam mencapai visi misi Indonesia Emas di Tahun 2045. Triawan Munaf, Ketua Tim Panel Sayembara Identitas Jenama Kereta Api Cepat Indonesia, menyatakan bahwa memberikan jenama atau branding adalah suatu kebutuhan dalam setiap program atau produk yang diperkenalkan, baik oleh instansi pemerintah maupun non-pemerintah. Beberapa contohnya mencakup pembuatan logo untuk peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, ajang Asian Games, serta proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
Ritchie menanggapi dengan positif atas inisiatif pemerintah atau instansi negara yang mulai peka terhadap pentingnya identitas visual. “Pemerintah yang telah secara ideal membangun identitas visual dengan melibatkan asosiasi telah membantu industri ini mengenalkan proses desain yang baik dan etis kepada masyarakat, dan tentunya semoga kepada kementerian dan lembaga lainnya juga,” ujarnya.
Mengenai kereta cepat Whoosh sendiri, Ritchie menyatakan harapannya agar operator kereta cepat tersebut dapat menjaga konsistensi dari brand guideline yang telah dirancang, sehingga masyarakat mendapat edukasi tentang bagaimana sebuah jenama itu secara konsisten memperkenalkan, mengakrabkan, dan akhirnya bisa diterima atau malah didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, baik yang pro maupun kontra terhadap jenama ini pada awalnya.